Minggu, 18 April 2010

Pertemuan 12: Parpol Pasca Soeharto

Bak cendawan di musim hujan itulah kesan pertama yang dapat kita lihat dari Parpol setelah Soeharto mundur dari kekuasaan pada Bulan Mei 1998. Bisa dibayangkan pada tahun 1999, jumlah Parpol yang mendaftar di Departemen Kehakiman dan HAM mencapai angka 140an dari 180 nama parpol yang beredar di kalangan masyarakat.
Namun, hingga pemilu 2009 seringkali kita mempertanyakan bahkan menagihkan sesuatu perubahan yang tak kunjung jelas arahnya. Parpol masih belum mencapai performansi yang optimal dalam menjalankan fungsi-fungsinya terutama di negara demokrasi. Agregasi dan artikulasi kepentingan publik, rekruitmen dan pendidikan politik masih dikalahkan dengan ketergantungan terhadap popularitas figur patron dalam partai atau bahkan ketidakmampuan menawarkan program yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan riil masyarakat.
Pertemuan kali ini ingin menajak anda untuk mulai membedah apa yang sesungguhnya harus segera diperbuat oleh elit politik dengan parpol mereka agar negara ini semakin baik pengelolaan sistem politiknya....
terima kasih

89 komentar:

  1. Zaky (2006330167)

    Dengan jumlah Parpol yang dahulu pasca Soeharto yang jumlahnya dibatasi dengan sekarang yang mulai sedikit demokrasi tetap tidak bisa mewadahi aspirasi masyarakat dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
    Dengan jumlah partai di 2009 yang banyak masih saja semua kepentingan diambil oleh oknum atau elite politik yang mempunyai kebutuhan didalamnya saja.
    Masih belom ada yang membawa aspirasi masyarakat, terutama masyarakat kelas bawah.Dan massa di Indonesia juga bisa dibayar yang menjadikan pemilu menjadi ajang masyarakat mencari uang dari parpol yang diikutinya bahkan berbeda" parpol.
    Mungkin pendidikan masalah Politik terutama di masyarakat bawah harus lebih ditingkatkan agar masyarakat lebih mengerti dengan partai yang diikutinya.

    BalasHapus
  2. Selamat malam Mas...
    Saya Yuanita - 2009330046

    Saya berpendapat bahwa parpol yang dibentuk jaman sekarang kurang memadai terutama dari visi-misi, tujuan pembentukan partai, asal merekrut anggota, perlengkapan partai, tempat dan sarana parpol, semuanya tidak diperhitungkan secara matang, apakah sesuai atau tidak untuk berpolitik, bahkan mungkin anggota-anggotanya tidak memiliki latar belakang politik yang jelas, tidak pernah mengenyam pendidikan politik ataupun mengetahui sedikit pun tentang berpolitik, mungkin hanya sekedar untuk mencapai keinginan saja tanpa memperhitungkan kepentingan atau keberadaan orang lain. Bahkan LSM jaman sekarang yang ada di masyarakat tidak dapat memberikan contoh yang baik bagi masyarakat, malah bertindak rusuh dan seenaknya. Tidak memberikan contoh sebagai "wakil rakyat tidak resmi" yang baik.
    Menurut Mas, bagaimana menindak-lanjuti permasalahan2 tadi? Apakah orang-orang yang berusaha berpolitik itu kita ajak untuk belajar benar-benar yang namanya politik?
    Mungkin itu saja Mas...

    Terima kasih Mas...

    BalasHapus
  3. pasca pemerintahan soeharto partai politik di indonesia mulai muncul tidak terkontrol (180 parpol). hal ini tidak hanya disebabkan oleh mudahnya pembentukan partai politik di indonesia setelah runtuhnya pemerintahan soeharto, tetapi juga karena adanya kepentingan-kepentinan tertentu dari orang-orang yang berdiri dibalik partai politik tersebut.
    pada dasarnya hampir semua partai politik memiliki ideologi yang serupa. namun seperti yang saya singgung di atas, sepertinya keinginan seorang individu atau golongan tertentu untuk berkiprah di perpolitikan nasional lebih menjadi tujuan utama dibandingkan dengan memperkenalkan dan mencari ideologi baru yang sesuai dengan bangsa indonesia, walaupun kita semua mengetahui bahwa hal itu sangat sulit, mengingat kepribadian indonesia sendiri.
    belakangan ini, saya merasa partai politik hanyalah menjadi formalitas bagi para elit politik untuk bersaing guna mencapai kepentingan dari golongannya mereka sendiri. selain itu masyarakat memang cenderung memilih pemimpin tidak menurut partainya, tetapi berdasar orang yang dicalonkannya.
    saya merasa kecenderunagn dan kebiasaan politik di indonesia tidak akan berubah dalam beberapa waktu yang akan datang, karena dari dulu hingga sekarang memang tidak ada perubahan dan tidak terlihat akan adanya perubahan.
    walaupun indonesia menganut demokrasi, tetapi salah satu ciri demokrasi, yaitu transparansi politik dan pemerintahan sepertinya belum terwujud hingga sekarang, dan sangat kecil kemungkinannya untuk terwujub dalam waktu yang dekat ini.

    shita ratnasari (2009330012)

    BalasHapus
  4. Selamat Malam mas..
    Saya Zico Kurniawan (2009320121)

    Menurut saya, jika saya diharuskan memilih, lebih baik mana parpol pada zaman Soeharto, atau pasca zaman Soeharto, saya akam memilih untuk jumlah partainya saya memilih zaman Soeharto, namun masalah mewakili aspirasi rakyat saya memilih pasca setelah Soeharto.

    Hal ini dikarenakan, pada zaman Soeharto terlihat jelas dominasi Golkar didalam pemilu. Entah mengapa hal tersebut bisa terjadi. Karena selama 5 kali pemilu dilakukan pada zaman Soeharto (1977-1997, Golkar selalu mendapat diatas 200 kursi. Suatu hal yang amat janggal, karena sangan kontras dengan kursi yang didapat PPP dan PDI. Disini saya melihat dari kacamata seorang awam, bahwa terjadi konspirasi ddidalam PEMILU ini, dan tidak ada keadilan disini.

    Jika dibandingkan pemilu yang jauh lebih adil dan jujur pada zaman saat ini, namun jumlah partai yang amat banyak membuat bingung para pemilih. Hal ini lah yang membuat para pemilih merasa malas untuk memilih dan memilih untuk golput.

    Memang dengan semakin banyak parati, maka akan semakin banyak pula pilihan untuk dipilih. Namun alangkah baiknya mereka berkoalisi, membentuk sebuah partai besar, dengan visi dan misi yang baik dan bertujuan untuk memajukan bangsa.

    Terima kasih

    BalasHapus
  5. Aloysius Domenico Kevin (2009330161)

    Parpol yang ada pada masa ini terlalu subjektif.
    kerangka ideologi yang dimiliki tidak kuat.
    Saya melihat hal ini lebih dikarenakan Parpol hanya digunakan sebagai kendaraan politik untuk mencapai kekuasaan, bukan untuk menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Hal ini sangat terlihat pada ketika suatu calon ketua partai gagal menjadi ketua partai, ia lalu membentuk sebuah partai baru. Jadi parpol baru yang dibentuk itu sangat bergantung dengan figur politik yang membentuknya (co: Gerindra,Demokrat,dll).
    Jika sebuah parpol dibentuk berdasarkan figur, parpol itu akan cenderung menemui kehancuran ketika figur yang digunakan menghilang atau tidak dapat dipilih lagi. Selain itu, akan terjadi ketimpangan pada level mikro dengan makro (dapat dilihat pada partai demokrat, suara mereka di level pemilu gubernur kalah banyak dengan pemilu presiden dimana mereka menang mutlak. Berangkat dari itu, jumlah partai yang terlalu banyak sesungguhnya tidaklah ideal, karena juga akan menyebabkan kurangnya aroma persaingan di dalam partai sehingga sifat saling mengkritisi tidak terjadi dari level partai (Dapat dilihat juga dalam PDIP dimana ketika pemilihan ketua baru baru ini Megawati sebagai formatur tunggal). Intinya jumlah partai yang terlalu banyak sesungguhnya tidak ideal.

    BalasHapus
  6. anggayasti ajeng (2009330224) kelas J

    Parpol sekarang ini memang seringkali dipertanyakan tujuan eksistensinya di kancah pemerintahan. tujuan awal yang digunakan untuk menghimpun program-program dari wakil-wakil rakyat sudah disalahartikan sebagai 'badan perebut kekuasaan.'
    namun bagaimana cara merubah persepsi tersebut jika pandangan itu sudah mengakar kuat pada partai-partai yang berlaku? Diragukan bila mereka tidak memiliki ilmu politik untuk tau bahwa fungsi utama partai adalah kehormatan untuk mengedepankan ideologi dan menjalankannya pada tampuk kekuasaan.

    BalasHapus
  7. halo mas
    saya akrim desman (2009310066)

    menurut saya partai politik pasca soeharto turun banyak memiliki perubahan, dari segi jumlah partai politik semakin banyak berdiri di negri ini awalnya dengan partai politik yang ada akan menampung aspirasi masyarakat tapi banyak nya parpol yang ada justru masyarakat semakin bingung untuk memilih parpol tersebut karena masing2 parpol tersebut kurang menunjukan tindakan yang membuat masyarakat senang sehingga lebih baik parpol itu sedikt saja tapi memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat.

    terimakasih

    BalasHapus
  8. Salam
    Saya Salita Romarin (2009330073)

    Parpol di Indonesia saat ini memang sangat banyak. Ini sebagai bukti bahwa pemerintah menghargai kebebasan berserikat.

    Tetapi sayangnya parpol-parpol ini tidak memiliki landasan berdiri yang jelas dan kongkrit melainkan hanya karena ego pendirinya yang ingin eksis di kancah perpolitikan. Idealnya, partai politik berperan sebagai agen sosialisasi politik terhadap warga masyarakat. Tetapi yang terjadi di Indonesia hanyalah sebagai sarana kampanye dan kegiatan-kegiatan yang election oriented. Bahkan seringkali disalahgunakan sebagai sosialisasi untuk membodoh-bodohi masyarakat dengan kampanye tidak bermutu, seperti contohnya pada pemilu 2009 lalu. Kampanye dengan mengiklankan cara memilih dalam pemilu malah diarahkan ke suatu partai, agar masyarakat awam memilih partai tersebut. Seharusnya parpol menmpunyai idealisme yang tinggi, agar parpol berfungsi sebagaimana seharusnya.

    BalasHapus
  9. Ronald Frenly Munthe 2007330173

    Adalah hal baik ketika bangsa kita dapat keluar dari bayang-bayang masa lalu dimana pemerintahan sangat menekan isu-isu penting dalam bernegara seperti kebebasan partai.
    Sejak Indonesia masuk ke dalam era reformasi, banyak perubahan signifikan yang terjadi di Indonesia terutama mengenai satu hal yang sangat dirindukan setiap orang, yaitu kebebasan.
    Dengan diperolehnya kebebasan setelah sekian lama merasa dikekang, muncullah berbagai pihak yang mengklaim pantas untuk memainkan politik dan berkuas.
    Memang dengan munculnya banyak partai politik di negara ini, kita dapat membenarkan itu sebagai kebebasan dalam demokrasi. Akan tetapi setelah berjalan sekian lama, apakah kebebasan tersebut dijalankan dengan koridor yang wajar? Saya kira kita masih jauh dari itu. Buktinya, apa yang kita lihat terjadi dalam persaingan partai-partai politik di tanah air.
    Persaingan sangat terasa dalam sistem kepartaian di tanah air. Para tokoh politik hanya muncul ke tengah-tengah masyarakat ketika persaingan dalam pemilu sudah semakin dekat dengan mengumbar janji-janji yang tak kunjung terealisasi. Kelompok pemenang saja tidak bisa menepati janjinya, bagaimana dengan partai yang kalah? Mereka malah acuh tak acuh. Itulah yang terjadi jika kita lihat perilaku partai politik kita saat ini.
    Tidak ada partai politik yang mengayomi masyarakat dalam aktivitas partainya. Hal yang lebih buruk justru terjadi dalam partai-partai politik dan pemerintah dimana mereka saling memegang kartu masing-masing untuk menjaga kepentingan mereka dan berusaha menjatuhkan pesaing mereka. Hal ini tentu bukan implemntasi yang benar dari kebebasan yang diusung oleh demokrasi itu sendiri.
    Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa fenomena partai politik di negara ini belum matang. Seolah-olah kita tidak bisa menerapkan kebebasan itu dengan baik karena terlalu senang dan dibutakan oleh kebebasan itu sendiri.
    Oleh karena itu jika ketika orang tua menonton televisi dan melihat persaingan yang tidak baik antara partai-partai politik maka tidak salah juga jika kata-kata yang keluar dari mulut mereka adalah bahwa kita lebih nyaman hidup dibawah pemerintah yang otoriter yang paling tidak bisa mengarahkan kita pada kondisi yang tenang dan lebih sejahtera. Bukan berarti saya skeptis dengan demokrasi, akan tetapi saya melihat bahwa demokrasi belum diimplementasikan dengan baik di negara ini. Apakah karena kita memang tidak cocok dengan sistem ini? Perdebatan pasti akan banyak muncul mengenai masalah ini. Terima Kasih.

    BalasHapus
  10. Gilang Saguta 2007330124

    Parpol di Indonesia ketika lepas dari rezim Soeharto sangat meluas dan banyak sekali partai2 yg terbangun.
    sayangnya,reformasi tersebut menurut saya, belum dijadikan sebagai ajang untuk membangun Indonesia ke arah yg lebih baik. Demokrasi yg di tanam di Indonesia terlalu bebas dan tidak ada peraturan yang jelas.
    visi misi parpol yg adapun sebenernya hampir sama,bahkan banyak pula parop yg memiliki ideologi yg sama.
    namun sayangnya,mrk dengan sangat mudah dapat membuat parpol tanpa ada kontrol yg kuat serta kesnimbangun yg jelas.
    oleh karena itu,sangatlah disayangkan bagi saya.jika Indosenesia yg memiliki basis Bhineka Tunggal Ika,namun mereka tidak bisa di satukan..
    parpol yg begitu banyak juga membuat rakyat jenuh krn pada kenyataannya,belum ada bentuk nyata kepedulian parpol kepada rakyat!
    sebagai contoh..posko2 parta peduli bencana alam,hanya di bentuk pada saat menjelang pemilu,mrk memberikan banyak bantuan,membangun tenda hanya utk menarik simpati rakyat.
    namun apa yg terjadi jika bencana datang bukan di saat pemilu?kemana posko2 partai itu?mrk tidak ada yg peduli..mereka hanyak sibuk sendiri dengan kepentingan partainya!
    sudah saatnya pemerintah kritis dan terbuka dalam menyikapi fenomena ini. saya harap kedepannya,parpol2 yg ada,tidak hanya sekedar mendahulukan kepentingan golongan.,namun lebih memikirkan bagaimana caranya membentuk parpol yg mampu membangun indonesia lebih baik!

    terima kasih

    BalasHapus
  11. steven wijaya (2009320041)

    saya setuju bila threshold dinaikan menjadi 5 persen,sehingga tidak banyak menciptakan parpol yang asal-asalan.karena makin banyak partai hasilnya cuman makin besar beban biaya yang ditanggung rakyat, dengan anggaran pemilu yang memakan biaya tidak sedikit.

    terima kasih.

    BalasHapus
  12. sore mas kristian
    angga wibowo p
    2009310002

    diaatas dikatakan,,bahwa jumlah parpol sangat lah banyak hingga pemilu yang baru saja..apakah dampak buruk dari banyaknya parpol yang ada di indonesia ini ?

    apakahj ada kaitannya dengan elit politik..sementara tujuan dari banyaknya parpol tersebut adalah mencapai kemenangan dan akan berkuasa?
    apakah ada tujuan yang laein selain itu?

    makasih

    BalasHapus
  13. selamat malam mas,
    saya aninditya dian hutami 2009330052 kelas I
    menurut pendapat saya, sebenarnya tujuan awal diperbolehkannya parpol dibentuk itu baik. gunanya untuk memberikan freedom pada masyarakat untuk berpartisipasi, terutama setelah zaman orde baru (Soeharto) dimana partisipasi publik sangat ditekan.
    tapi ini seperti analogi anak kecil yang dihukum seminggu dirumah, begitu dibebaskan dia langsung bertindak semaunya. masyarakat malah menyalahgunakan makna dari parpol itu sendiri dan ini melemahkan seorang individu. misalnya ketika ia tidak suka dengan sesuatu, bukannya berusaha menggunakan "politik" sebagai cara persuasif mencapai kemauannya, malah membuat partai baru asal sesuai dengan kemauan dia.
    ini sebenarnya membuat "daya tahan" masyarakat indonesia sendiri melemah dan tidak terbiasa menghadapi tantangan, serta selalu menghindari masalah. lucu bahwa perkembangan parpol dapat sejauh ini mempengaruhi seseorang, tapi inilah yang terjadi pada waktu itu, bahkan hingga sekarang.

    terima kasih.

    BalasHapus
  14. Dhimas SIndu Aji (2009330040)

    menurut saya parpol pada ssat itu kurang baik karena masih menggunakan sistem top - down yaitu parpol itu diawali oleh elit - elit politik. dan proses ideologisasinya pun kurang jelas pada saat itu. parpol hanya muncul pada saat akan diadakan pemilu dengan mengadakan kampanye - kampanye. dan perekrutan anggota parpol juga masih tidak ada aturan atau syarat sehingga dapat menguntungkan sekelompok orang saja.
    saya sangat tidak setuju dengan parpol yang terjadi pada saat itu bahkan sekarang pun ada saja yang seperti itu.

    terimakasih

    BalasHapus
  15. menurut saya
    Renny ferdilla 2009320150

    Partai politik yang seharusnya menjadi tiang utama dalam membangun demokrasi ternyata hanya
    menjadi alat politik dan alat kekuasaan semata.tak berubah dibandingkan dengan zaman
    Orde Baru.
    Basis massa yang kuat hanyalah khayalan semata.
    Konstituen tak lebih dari massa mengambang
    yang begitu cair dan mudah lari ke mana saja
    dalam pemilu. Partai pun tidak tumbuh dari
    kesamaan ide, tapi dari ikatan primordial yang
    dijalin untuk melayani kepentingan golongannya.
    sudah tak asing lagi bagi kita apabila wakil partai di lembaga legislatif tak mampu membenahi partainya, karena problem begitu menumpuk.
    Tak ada satupun partai dengan program yang jelas,pembentukan partai acap kali dari atas kebawah dan bukan sebaliknya.
    Yang jadi korban adalah masyarakat,
    Sebuah cermin buruk kepartaian negeri ini.
    dimana para wakil-wakil rakyat yang seharus nya membela kepentingan rakyat justru malah membuat rakyat itu sendiri sengsara dan semakin tertindas . yang berlaku dinegeri ini hanya yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. entah sampai kapan ini berakhir
    mungkin akan berakhir jika para penguasa-penguasa yang serakah itu sadar bahwa mereka tidak akan besar seperti saat ini jika tidak ada rakyat yang memilih nya.

    BalasHapus
  16. Angelina Lourensia A. (2007320117).

    Demokrasi nampaknya menjadi mainan semata.
    Makin banyaknya parpol yang tumbuh di masyarakat, bukannya membuat masyarakat menjadi melek akan politik, melainkan makin tidak peduli, karena toh pada akhirnya kondisi negara pun akan begitu-begitu saja.
    Budaya politik yang sama masih dipertahankan, dan itu yang bisa saja membuat masyarakat makin malas berurusan dengan parpol.

    BalasHapus
  17. abraham kristi pambudi (2009330068)

    banyak nya jumlah parpol saya rasa kurang efisien dalam dunia perpolitikan. lebih baik hanya ada 5 parpol atau bahkan lebih sedikit namun tokoh2 dalam parpol itu di kenal baik dalam masyarakat. karena dengan begitu masyarakat akan lebih mudah dalam menentukan pilihan nya..

    BalasHapus
  18. saya stephanie andryati (2009310040)

    siang mas !


    untuk urusan parpol saya sangat kecewa sampai deik ini .
    karena parpol itu memakan uang negara yang begitu banyak namun haslnya tidak efesien .
    seperti pada sekarang saja 44 parpol . memiliki berbagai macam kandidat . dan kandidatnyapun akan jadi dpr atau Dpd tapi masyarakat tidak mengenal kandidat tersebut(sangat tidak terpublikasikan)
    uang yang dikeluarkan banyak sekali .
    negara sudah miskin tambah miskin =P

    menurut saya parpol tidak efektif dan efesien sampai detik ini semoga bisa berubah pada tahun 2014 .

    terimakasih =)

    BalasHapus
  19. Erli Dwi Ratnasari
    2009310062


    Parpol pada zaman sekarang sudah semakin banyak, dan semua pihak dapat membuat parpol. selain itu semua kalangan juga bisa dengan alasan hak asasi manusia dan asas negara kita yaitu demokrasi
    seharusnya para elit politik bisa menggunakan kekuasaannya untuk menjalankan parpol yang bisa mendapatkan kepercayaan rayat, bukan sebaliknya yang hanya buat janji palsu.
    jadi mengapa di negara kita begitu banyak parpol, mungkin karena negara kita yang pluralistik sehingga telalu banyak yang berpendapat termasuk para elit politik

    BalasHapus
  20. halo mas =)
    saya sandra triastuti 5effendy- kls I-2009330015

    mengenai partai politik masa pasca soeharto, menurut saya sampai saat ini masih banyak kekurangan dari pelaksanakaan demokrasi di indonesia, dalam hal pemilu. kita dapat melihat bahwa tingkat partisipasi pemilu dari tahun 1999 ke 2004 bahkan 2009 mengalami penurunan, begitu juga dengan meningkatnya jumlah golput di negara kita.
    selain itu, dana pemilu dari tahun 1999 menuju 2004 dan 2009 juga meningkat dengan cukup besar dan menyedot dana APBN.

    ada berbagai masalah yang dialami partai politik mengenai struktur di dalamnya dan fungsi parpol masing2 yang luar biasa dalam konsep, namun gagal dalam implementasinya. mereka tidak melaksanakan proses ideologisasi kepada rakyat dan parpol hanya bekerja pada saat pemilu.
    selain itu, rakyat sendiri masih buta dan bingung dengan banyaknya jumlah parpol dan apa fungsinya. memang benar bahwa demokrasi di negara kita masih dipahami secara prosedur, tapi kita belum mampu menegakkannya.

    sekian dan terima kasih.

    BalasHapus
  21. halooo pak saya osy mirani(2009320044)

    menanggapi sedikirt tentang masalah parpol dari jaman dulu hingga jaman sekarang
    sikap masyarakat yang masih gamang dalam memilih suatu partai sebagai suatu bahan untuk mewakili aspirasi politiknya .makin ke sini kepercayaan terhadap partai makin berkurang kadarnya dibuktikan tingkat golput dalam pemilu dari tahun ketahun makin meningkat
    lagian parpol sekarang kebanyakan lebih mementingkan kepentingan serta eksistensi nya saja bukan sebagai suatu perwakilan msyrk
    mkasih

    BalasHapus
  22. luqman pradityo
    2009330174

    selamat malam, mas!
    menimbang masa depan partai politik yang tidak jelas merupakan sebuah 'PR' besar bagi semua elit politik, hal ini ditunjukan oleh beberapa contoh seperti pencalonan artis menjadi kepala daerah. Ini adalah salah satu indikasi kegagalan partai dalam melakukan kaderisasi kepemimpinan. Mereka terjebak pada logika massa dengan memanfaatkan begitu banyak fitur modernisasi dan kebutuhan instant masyarakat untuk meraih tujuan pragmatis yang pendek seperti lolos sebagai caleg dalam pemilihan umum atau berhasil memenangkan pasangan calon dalam pemilihan kepala daerah. Sesungguhnya bukan karena profesi artis yang menjadi masalah, karena semua orang punya hak dalam mencalonkan atau dicalonkan, tetapi hal ini menjadi pertanyaan ketika misalnya seorang artis yang bersedia dicalonkan menjadi calon bupati/wakil bupati di Pacitan sementara indikator mengapa memilih orang tersebut tidak terpenuhi. Kita melihat dalam beberapa wawancara terkesan kurang memahami dan kurang wawasan yang seharusnya dimiliki oleh seorang politisi. Jika perubahan tidak segera dilakukan, maka ketidakpercayaan publik terhadap partai akan memicu gerakan-gerakan masyarakat politik yang lebih besar, dan mungkin kita bisa beralih ke wacana negara tanpa partai

    BalasHapus
  23. Partai plitik pasca Soeharto memang berkembang pesat dalam hal kuantitas atau jumlah, sehingga muncul pertanyaan kenapa baru sekarang bermunculan? apakah ketika jaman soeharto memang mustahil untuk masuk ke dalam dunia politik?
    Namun, berkembanganya jumlah yang sangat pesat itu tidak diiringi dengan kualitas dan dasar parpol yang kuat untuk mewujudkan aspirasi rakyat, pada saat ini mayoritas parpol di Indonesia hanya memiliki target mendapatkan suara rakyat sebanyak-banyaknya, sehingga untuk mewujudkannya tidak jarang parpol tersebut mencari jalan-jalan pintas, ketika orang-orang yang berkualitas dan layak menjadi seorang wakil rakyat mulai sedikit, parpol mensiasatinya dengan mencari wakil yang merupakan public figur yang sudah dikenal banyak oleh masyarakat meskipun secara kualitas sangatlah tidak mampu untuk diberi wewenang, sehingga diharapkan dengan cara demikian banyak rakyat yang memilih dan parpol tersebutlah yang terpilih, sedangkan untuk masalah mewakili aspirasi rakyat terkadang di nomor duakan oleh parpol tersebut, sehingga dibutuhkan masyarakat Indonesia yang cerdas yang memiliki pendirian yang kuat, dan tidak mampu terbujuk oleh hal-hal yang bersifat material,
    terima kasih

    Nindya Raharjani (2009310043)

    BalasHapus
  24. Uun Sutini (2009320067)
    Dengan maraknya Partai Politik yang muncul pasca Soeharto, ini mungkin dilatarbelakangi karena adanya keterbatasan berpolitik pada masa Soeharto, sehingga para elit politik menuangkan kemampuannya berpolitik setelah Soeharto turun jabatan. Dengan seiring waktu berjalan, dengan banyaknya partai yang bermunculan, namun tidak ada satu partai pun yang menjanjikan sesuatu yang lebih "fresh". Saya setuju dengan pernyataan Mas Kris yang menyatakan bahwa partai satu dengan partai yang lain banyak menjanjikan hal yang sama, jadi kalau begitu mengapa tidak lebih baik mereka bersatu dalam lingkup partai yang sama saja? Saya sebagai masyarakat biasa, untuk memilih dua kandidat saja, saya harus berpikir keras, apalagi jika disuguhi berpuluh-puluh kandidat! Terima kasih.

    BalasHapus
  25. selamat pagi mas,

    andrean (2009310056)

    menurut pandangan saya mas terhadap perkembangan politik setelah masa suharto,ada banyak hal yang terjadi baik dari segi positif maupu dari segi negatifnya. seperti yang kita tahu mengenai jumlah parpol yang sangat berkembang pesat setelah masa suharto lengser, pada saat itu jumlah parpol yang ada sampai ratusan, yang sangat berbanding jauh pada masa suharto memimpin. namun yang kita lihat perkembangan dari jumlah parpol tersebut juga tidak membawa dampak positif sekali, dan juga kita mengetahui bahwa semua masyarakat indonesia mempunyai hak untuk dipilih ini menyebabkan tidak adanya batasan khusus untuk mencalonkan dirinya dalam dunia politik, yang menyebabkan tidak adanya khualitas atau batasan-batasan yang tertentu untuk menjadi anggota parpol sehinga permasalahan-permasalahn politik yang terjadi tidak dapat dituntaskan dengan metode-metode atau perkembangan politik yang sedang terjadi. trimakasih

    BalasHapus
  26. Diah Putri Astuti 2009330133

    Setelah parpol lengser, keinginan untuk bebas berekspresi, berpendapat, berkumpul, hingga berdmokrasi mulai muncul secara besar - besaran.
    Munculnya ratusan partai mnunjukkan betapa hausnya masyarakat untuk berdemokrasi untuk mengekspresikan keinginan dan kebebasan mereka, setelah sekian lama dikekang dalam pemerintahan Soeharto.
    namun, dengan keinginan untuk 'bebas' itu mulai tak terkendali, sehingga pemerintahan Indonesia mulai tidak jelas arahnya.
    Pemerintah yang niat awalnya untuk menciptakan negara yang lebih baik, justru malah berusaha menciptakan hidupnya untuk lebih baik.

    BalasHapus
  27. citra kartika dewi 2009310075

    dengan berakhirnya masa orde baru,jumlah partai politik di indonesia semakin banyak tapi menurut saya hal itu tidak membuat demokrasi di negara ini menjadi baik. kebanyakan parpol sekarang seakan-akan lupa akan tujuannya untuk menyalurkan aspirasi rakyat dan mensejahterakan masyarakat. mereka mencalonkan diri di pemilu sepertinya hanya untuk meraih tujuannya sendiri atau kepentingan parpol yang telah mengusungnya.
    hal itu bisa dilihat dari pemilu 2009 kenarin, banyak calon parlemen yang stress karena tidak terpilih sebagai anggota DPR ataupun DPRD. jika mereka memang tulus terjun di dunia politik, tentu hal itu tidak akan terjadi.

    BalasHapus
  28. selamat malam saya Sebastian N. Bayu 2004320162

    parpol pasca turunnya soeharto adalah parpol yg menurut saya kebingungan karena parpol2 tersebut seperti tidak tau apa yang harus mereka lakukan terlebih dahulu, antara merubah wajah mereka dari pengaruh orba, mencari kandidat2 pemmpin partai mereka, mencari "sponsor" keuangan untuk partainya atau lain sebagainya......

    orang-orang yang tergabung atau menciptakan parpol pada masa itu seperti terserang virus "latah" karena melihat dan menyadari bahwa parpol adalah ajang mencari keuntungan dan kekayaan yang cukup menjanjikan. tentu saja ini hanya opini saya tentang parpol pasca turunnya soeharto, keadaan sebenarnya yg terjadi pada masa itu bisa sama persis seperti yang saya kemukakan atau bahkan berbeda sama sekali....

    terima kasih...

    BalasHapus
  29. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  30. faris sundara putra
    2009320186

    Parpol menjadi sesuatu yang penting bagi sistem demokrasi namun dengan parpol-parpol yang ada sekarang justru malah memperkeruh perpolitikan di Indonesia. Parpol yang muncul begitu banyak pasca runtuhnya orde soeharto bak anjing gila kelaparan yang dilepas dari kandangnya, Parpol haus kekuasaan berlomba menduduki kursi kekuasaan.

    Pandangan terhadap politik bagi parpol tak bisa dipungkiri ialah kekuasaan, para kader tidak dapat begitu saja melepaskan diri dari parpolnya setelah menduduki jabatan akibatnya adalah para pejabat kita yang membawa kepentingan masing-masing dari parpolnya. Perlu adanya pembaharuaan bagi sistem parpol di indonesia utamanya sistem pendapatan parpol dari kader yang menduduki jabatan tertentu.

    BalasHapus
  31. Parpol yang terlalu banyak di Indonesia setelah soeharto itu tidak memberikan keuntungan apa-apa untuk indonesia. Nyatanya parpol tidak memberikan kemajuan ekonomi ataupun politik di Indonesia juga. Malahan dengan keberadaan parpol yang banyak meningkatkan anggaran negara pada saat pemilu berlangsung. Terbukti yang pernah mas katakan di kelas bahwa pada saat pemilu 2009, anggaran yang diberikan pemerintah pada saat itu sangat besar itu disebabkan karena jumlah partai politiknya juga. Sehingga keberadaan parpol bisa menjadikan anggaran negara boros. Selain itu juga terbukti bahwa keberadan parpol yang banyak dapat menyebabkan konflik kepentingan. Sehingga kinerja parpol itu hanya tahu posisinya dalam kekuasaan dan tidak tahu apa tujuan dari kekuasaan sesungguhnya. Dan parpol yang berada di pemerintahan hanya menjalankan tugasnya untuk kepentingan golongan atau parpol itu sendiri bukan bertugas untuk kepentingan atau penyambung aspirasi rakyat. Saya lebih setuju dengan pemerintahan era soeharto yang hanya terdiri dari 4 partai politik walaupun kekuasaan parpol pada saat itu dijalankan oleh golkar. Tetapi itu menyebabkan tidak adanya pergantian kabinet karena persaingan partai politik pun tidak ada. Dan yang terpenting, berkembangnya partai politik pasca soeharto itu tidak menandakan demokrasi di Indonesia lebih baik dari sebelumnya. Karena nyatanya Amerika Serikat yang menganut sistem demokrasi yang lebih lama dan lebih baik dari pada Indonesia hanya memiliki 2 partai politik. Sehingga banyaknya Parpol tidak mencerminkan negara tersebut sudah demokrasi.

    BalasHapus
  32. cynthia agustine maharani 2009320137

    apa yang sesungguhnya harus segera diperbuat oleh elit politik dengan parpol mereka agar negara ini semakin baik pengelolaan sistem politiknya?
    menurut jawaban singkat saya mungkin mulai membentuk parpol yang mempunyai visi misi dan tujuan yg jelas. tujuan yang bukan hanya menguntungkan kaum elit politik saja. yang bukan hanya bertujuan untuk memenangkan pemilu dgn berbagai cara. tapi bertujuan untuk memperbaiki keadaan negara kita yang semakin terpuruk.

    BalasHapus
  33. radityo (2009330024)

    telah terbukti sebelumya bahwa semakin banyak jumlah partai yang ada dan berkompetisi berarti semakin demokratis pula negara tersebut.
    namun selain itu terbukti pula bahwa semakin banyak partai tidak menjamin membaiknya perpolitikan di Indonesia dan perilaku para aktor politiknya.
    parpol seharusnya lebih dirampingkan kembali. perampingan bisa dilakukan dengan mempertinggi syarat pada sistem parlementary treshold, dengan begitu partai bisa berkoalisi dan koalisi tersebut akan lebih kuat. dan dalam pemilihan umum nantinya yang didapat adalah benar-benar suara mayoritas yang memenuhi kuorum, bukan seperti pemilu terakhir yang angka golputnya lebih tinggi daripada perolehan angka partai pemenang pemilu.
    selain itu perilaku para kader partai perlu diperbaiki, benar-benar dilakukan fit and proper test yang jujur dan adil sehingga yang muncul adalah pemain politik yang berkualitas dan bukan hanya mengandalkan popularitas belaka, sehingga pada akhirnya jika duduk di parlemen bisa benar-benar menyuarakan keinginan rakyat.

    BalasHapus
  34. Pasca orde baru, demokrasi adalah isu yang sentral dan menjadi agenda utama dalam revolusi Indonesia. Kemunculan partai-partai dan partisipasi peserta pemilu menjadi contoh yang baik bagaimana hal itu terjadi. Namun yang menjadi masalah adalah, pasca reformasi, partai tidak berjalan sesuai dengan fungsi luasnya sebagai alat penyampai aspirasi kelompok. Yang terjadi adalah, partai sekedar menjadi alat untuk mendapatkan kekuasaan bagi segelintir orang. Maka, tidak aneh jika perpecahan internal partai menjadi isu yang berdampak luas dan melahirkan partai-partai dengan kemiripan visi yang 'aneh'nya bertarung untuk meraih tampuk kekuasaan meskipun mereka tahu bahwa mereka memiliki tujuan yang sama. Fenomena ini tentu tidak lazim dan pada ujungnya akan menjadi salah satu penghambat dari terwujudnya stabilitas politik di Indonesia
    Ardiyanto 2009330195

    BalasHapus
  35. diva domela
    2009320078

    pada era pasca soeharto, parpol mulai lebih bebas lagi menyuarakan keinginan-keinginannya. semula jumlah parpol yang dibatasi dan harus memihak kepada pemerintahan, sekarang sudah mulai berubah. namun yang sampai saat ini harus diperhatikan adalah, apakah parpol benar-benar sudah bekerja demi kepentingan masyarakat dan khalayak umum, atau hanyalah mencari keuntungan bagi diri sendiri. walaupun pada saat sekarang ini setiap orang bebas berorganisasi dan membentuk sebuah partai politik, namun mereka tetap harus mematuhi peraturan-peraturan yang sudah ada, dan harus selalu bertujuan demi kepentingan umum, bukan kepentingan parpol ataupun pemerintahan atau kalangan borjuis. karena tujuan dasar parpol terbentuk adalah merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki keinginan untuk menyuarakan suatu hak dan keinginan yang sama demi kebaikan bersama. sehingga dengan adanya parpol mereka dapat lebih mudah menyalurakan aspirasi-aspirasi dari rakyat. terima kasih.

    BalasHapus
  36. dimas bayu permana 2009330165

    ketika kita membicarakan parpol pada massa soeharto, apa yang ada di pikiran kita adalah bagaimana parpol di kekang kebebasannya. parpol pada massa soeharto diatur sedemikian rupanya sehingga tidak mampu 'bergerak' dengan bebas sehingga mementingkan Golkar.
    setelah era soeharto, parpol cukup mengalami trauma. namun trauma tersebut justru memacu parpol-parpol untuk lebih bergerak. parpol pada massa kini lebih cenderung untuk memberikan peran yang lebih di pemerintahan. jika dilihat dari kuantitasnya, parpol juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan.

    BalasHapus
  37. selamat malam mas
    saya septy sulistiyani penu 2009310070

    sebelumnya saya ingin sedikit berkomentar mengenai munculnya parpol setelah berakhirnya masa pemerintahan soeharto. saya rasa karena masa pemerintahan soeharto yang otoriter menyebabkan rakyat tidak dapat berpartisipasi dengan lues.

    namun melihat dari kinerja parpol hingga saat ini saya sangat prihatin. dari banyaknya parpol yang muncul tentu saja akan banyak mengeluarkan dana yang cukup banyak untuk berkampanye, ini termasuk pengeluaran yang tidak efektif di mata saya.

    dan juga membuat rakyat menjadi bingung memilih siapa yang akan di percaya untuk mewakili suara mereka.

    efektif atau tidaknya suatu parpol menurut saya tergantung dari individu yang berada di dalamnya.


    terima kasih

    BalasHapus
  38. salam sejahtera..
    saya Eunike Gloria (2009330007 / G)

    Partai politik Indonesia memiliki problemanya sendiri terutama setelah orde baru, di mana kebebasan menjadi hal yang sangat vokal disuarakan. Multipartai ini bisa menjadi satu ukuran kedemokratisasian suatu negara. Namun apabila pengaturannya menjadi berantkan dan malah menimbulkan kebingungan, maka sistem multipartai juga dapat menjadi ukuran hancurnya demokrasi di negara tersebut. Inilah yang menurut saya perlu diperhatikan oleh masyarakat Indonesia maupun aparatur pemerintahan dan anggota elite politik.
    Di mana banyaknya partai tidak dapat memberikan suatu hasil yang maksimal terhadap kemajuan perpolitikan dan penerapan demokrasi di Indonesia. Penerapan sistem multi partai perlu diimbangi dengan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai parpol itu sendiri disertai visi dan misinya.
    Motivasi parpol juga menjadi kunci utama dalam hal ini. Apabila parpol hanya dimotivasi oleh keinginan mendapatkan kekuasaan, maka menjadi hal yang sangat percuma diterapkannya sistem multi partai di Indonesia. Dan itulah yang terjadi saat ini.

    Sehingga untuk ke depannya, sebagai masyarakat Indonesia, kita perlu peka terhadap perkembangan parpol dan bersifat kritis, sehingga parpol di Indonesia dapat mengalami perubahan yang signifikan dan membawa perubahan dalam demokratisasi di Indonesia.

    terima kasih

    BalasHapus
  39. sore mas, saya kian 2009320052
    menurut saya pasca orde baru, dominasi golkar di dalam parpol semakin menurun, hal ini juga disebabkan karena banyaknya parpol - parpol baru yang didirikan pasca orde baru. hal tersebut yang membuat suara - suara dari masyarakat menyebar ke parpol - parpol lain.
    terima kasih mas.

    BalasHapus
  40. sekarang ini terlihat jelas kondisi politik Indonesia yang di warnai dengan banyaknya parpol.
    Mungkin ini salah satu wujud nyata dr demokrasi di negara kita,namun apabila menilik parpol-parpol yang ada,justru kita akan merasa miris.
    Parpol di Indonesia kini,tidak berisikan org berlatar belakang politik,yang siap mengemban tugas membenahi negara kita.Malahan para artis pun ikut berpolitik.memang tidak ada salahnya mereka berpolitik,setiap warga negara tentu mempunyai hak sama,namun yang menjadi persoalan apakah mereka mampu?
    mengurus negara yang carut marut ini tentu saja tidak segampang membintangi sinetron stripping.Dan keadaan juga berbalik pada politisi yang berakting,dgn kekuasaan mereka semakin mencarut marutkan negeri kita.Ini kembali lagi merupakan dampak banyaknya partai [politik yang tidak kompeten dan banyak org tidak bermental politik dan negarawan yang menjadi anggotanya.
    semoga para politisi dadakan itu sadar dan dapat memaksimalkan fungsi parpol dengan sebagaimana mestinya.
    Terima kasih

    BalasHapus
  41. mas saya Billy guyana wahyudi (2009320004)

    memang pasca Soeharto lengser terjadi gejolak yang besar apalagi dalam partai politk. yang sebenarnya. Tetapi pergolakan masyarkat dengan adanya partai politik yang begitu banyak di masyarkt menunjukkan bahwa selama ini demokrasi begitu dikekang kuat pada masa pemerintahan soeharto.. thx

    BalasHapus
  42. Jessica Martha (2009330036)

    menurut saya, bertambah banyaknya parpol di Indonesia menandakan bahwa rakyat Indonesia saat ini lebih menghargai hak politiknya dan punya keinginan untuk ikut berpartisipasi dalam dunia politik.
    Tapi ternyata, perkembangan parpol ini justru menghasilkan masalah2 yang akhirnya membuat tingkat golput semakin bertambah.
    menurut saya, pemerintah perlu mengatur ulang peraturan2 untuk rekruitmen parpol, sehingga mparpol yang terpilih bnr2 mengedepankan rakyat, bukan kepentingan golongan2 tertentu saja .

    BalasHapus
  43. malam mas....made diangga 2009330127.....

    Setelah masa orde baru berakhir, keberadaan partai politik di Indonesia ada sebagai bentuk refleksi terhadap demokrasi. Tetapi, seiring berjalannya waktu, keberadaan partai politik sebagai bentuk demokrasi semakin diragukan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah partai. Alasan klasik, partai-partai yang ada tidak merefleksikan kepentingan rakyat sehingga muncul keinginan untuk mendirikan partai baru. Namun, kondisi yang ditunjukkan oleh partai tersebut tidak jauh berbeda dari partai yang sebelumnya sudah ada. Dengan demikian, pertambahan jumlah partai tidak membawa kebaikan bagi masyarakat, melainkan segregasi di antara masyarakatlah yang justru terjadi atas dasar golongan tertentu. kecenderungan yang muncul adalah partai semakin mementingkan kepentingan golongannya masing-masing. Oleh karena itu, perkembangan partai politik di Indonesia tidak menuju pada kebaikan tetapi merupakan suatu kemunduran yang justru semakin mencederai demokrasi di Indonesia.....

    BalasHapus
  44. Raisha Fitri Yolanda (2009320167)

    menurut saya parpol pasca soeharto makin terpuruk karena makin kesini parpol hanya di jadikan sebagai sistem politik yang tidak berjalan, contohnya para pemimpin hanya mementingkan eksitensi pribadi saja tanpa memikirkan aspirasi rakyat yang bergantung pada mereka dan berharap janji janji nya dilaksanakan. oleh karena itu parpol di indonesia hanya semakin mundur bukan nya mengalami perubahan yang baik, terimakasih

    BalasHapus
  45. Denisa Meiviany (2009320091)

    pada masa soeharto ato saat pasca soeharto menurut saya tidak lebih lancar akan tetapi semakin menurun karena parpol hanya di jadikan sebagai sistem politik yang tidak berjalan dengan baik.
    bisa di lihat dari para pemimpin yang lebih mementingkan diri sendiri dan kaum yang menurut mereka pantas saja, dengan janji yang tidak di tepati sehingga membuat kecewa banyak orang.
    jika seperti ini terus Indonesia akan mengalaim perubahan yang semakin buruk untuk ke depannya

    BalasHapus
  46. Emilia 200933076 kelas H

    menurut saya mas, kehadiran parpol memang sangat baik untuk menunjang praktek demokrasi di negara kita.
    namun jika dikaitkan dengan masa pasca Soeharto seperti sekarang ini, kehadiran parpol terkadang malah menyimpang dr paham demokrasi yang dianut..
    mereka terkadang justru lebih mementingkan kemauannya golongannya dan sebisa mungkin melakukan segala cara untuk mendapatkannya.

    BalasHapus
  47. malam pak, indah larasati kelas G (2007320101)

    menurut saya,

    parpol saat ini terlalu banyak dan tidak efektif,padahal ideologi dari masing2 parpol pun tidak jauh berbeda.
    dan yang paling terlihat lagi adalah makna dari parpol sebagai jembatan masyarakat dalam menyampaikan inspirasi kepada pemerintah pun semakin tidak jelas.
    yang terjadi malah parpol dijadikan sebagai alat untuk kepentingan sekelompok orang yang ingin mendapatkan kekuasaan di pemerintahan.
    hubungan antara parpol pun tidak baik, banyak terjadi persaingan yang tidak sehat dan saling menjatuhkan lawannya.
    penyeleksian dan rekruitmen yang tidak jelas menjadikan parpol saat ini terdiri dari orang2 yang sebenarnya tidak begitu mengerti politik atau bukan berlatar belakang politik sehingga semakin menurunkan citra parpol dimata masyarakat (parpol sudah tidak memiliki gengsi, ditambah lagi dengan tontonan yang sering kita liat, perseteruan antara anggota parpol di rapat DPR dimana tata cara dan kelakuan mereka tidak layak sebagai seorang pejabat pemerintahan) hal ini memberikan contoh yang tidak baik seolah memperlihatkan kebobrokkan dunia per politikkan di indonesia.

    terima kasih.

    BalasHapus
  48. malam pak, indah larasati kelas G (2007320101)

    menurut saya,

    parpol saat ini terlalu banyak dan tidak efektif,padahal ideologi dari masing2 parpol pun tidak jauh berbeda.
    dan yang paling terlihat lagi adalah makna dari parpol sebagai jembatan masyarakat dalam menyampaikan inspirasi kepada pemerintah pun semakin tidak jelas.
    yang terjadi malah parpol dijadikan sebagai alat untuk kepentingan sekelompok orang yang ingin mendapatkan kekuasaan di pemerintahan.
    hubungan antara parpol pun tidak baik, banyak terjadi persaingan yang tidak sehat dan saling menjatuhkan lawannya.
    penyeleksian dan rekruitmen yang tidak jelas menjadikan parpol saat ini terdiri dari orang2 yang sebenarnya tidak begitu mengerti politik atau bukan berlatar belakang politik sehingga semakin menurunkan citra parpol dimata masyarakat (parpol sudah tidak memiliki gengsi, ditambah lagi dengan tontonan yang sering kita liat, perseteruan antara anggota parpol di rapat DPR dimana tata cara dan kelakuan mereka tidak layak sebagai seorang pejabat pemerintahan) hal ini memberikan contoh yang tidak baik seolah memperlihatkan kebobrokkan dunia per politikkan di indonesia.

    terima kasih.

    BalasHapus
  49. Ditta Nadia (2009320189)
    Parpol pasaca soeharto menjadi terpuruk karena banyak pihak yang sangat mementingkan kepentingan pribadi mereka masing masing saja tanpa mempedulikan apa itu sebenarnya parpol

    BalasHapus
  50. helga chandra saputra (2009330021 )

    parpol jaman sekarang banyak banget, mungkin ini salah satu wujud dari Indonesia sebagai negara demokrasi dan juga pemerintah menghargai kebebasan politik, namun justru karna banyaknya parpol seperti ini, menjadikan warga bingung tujuan parpol kadang hanya ingin mencapai kekuasaan dan meniming-imingi warga, jadi kadang parpol jaman sekarang lebih bersifat POLITIK banget bukan memang bertujuan untuk rakyat.. hehe..

    makasihh.. ^^

    BalasHapus
  51. ryan sanjaya (2009320018)

    malam mas, bila saya melihat perkembangan partai politik saat ini, saya benar2 merasa kecewa.. memang, banyaknya pertai politik yang ad di suatu negara mengindikasikan bahwa negara itu menerapkan prinsip demokrasi, tapi pertai-partai yang ada di indonesia itu tidak ada yang bagus, yang bonafit, dan memegang teguh ideologi politiknya masing-masing..

    saya melihat kemunculan partai-partai baru ini hanya sebagai ajang untuk show off bahwa seseorang memiliki kapasitas untuk memimpin negara, tapi isi otaknya adalah sampah, hanya memikirkan kepentinga pribadi dan golongan saja.

    BalasHapus
  52. wendita hayuningrisa (2009330180)

    parpol pasca soeharto banyak sekali jumlahnya bahkan sekarang pun pada saat saya mengikuti pemilu, saya bingung sekali harus memilih yang mana saking banyaknya parpol yang ada.
    menurut saya para parpol itu tidak memberikan perubahan yang berarti bagi negara indonesia ini, kadaang kala visi dan misi parpol itupun tidak jelas. mereka hanya meramaikan dunia perpolitikan indonesia tanpa melakukan perubhan yang bearti.
    tetapi tidak bisa disalhakan juga jika parpol di indonesia banyak, karena negara ini merupakan negara demokrasi tetapi hendaknya dipikirkan juga jika akan membuat suatu parpol, sehingga parpol tersebut tidak hanya meramaikan dunia perpolitikan tetapi juga dapat membuat perubahan yang besar bagi indonesia.

    BalasHapus
  53. Jon Ricardo (2009320022)

    Masa-masa awal Indonesia pasca Soeharto cukup memberikan keyakinan bahwa terwujudnya demokrasi liberal dan ekonomi pasar hanyalah soal waktu.
    oleh karena itu parpol di saat era soeharto menurut saya, cukup bagus di bandingkan parpol di zaman sekarang.

    BalasHapus
  54. Calvin Kelvianto (2009320110)

    hal yang perlu dilakukan adalah kesadaran dari masyarakat dan pemerintah.. maksud saya adalah kesadaran dari masyarakat dalam mendirikan partai politik.. mereka yang hendak mendirikan parpol harus memiliki kapabilitas dan memang pantas untuk memimpin negara ini.. parpol yang telah terpilih nantinya juga harus bisa menepati segala janji yang telah mereka berikan ketika berkampanye jangan hanya janji palsu seperti yang selam ini dilakukan oleh para parpol yang telah terpilih.. sedangkan untuk pemerintah, sebaiknya membuat aturan yang lebih ketat untuk syarat berdirinya parpol.. hal ini saya katakan karena banyak sekali parpol yang berdiri di Indonesia namun hanya untuk memperoleh kekuasaan dan jabatan padahal tidak memiliki kapabilitas untuk mewakili rakyat.. parpol di Indonesia saat ini juga saya rasa terlalu banyak hingga membuat bingung masyarakat.. hal yang ingin saya tanyakan, menurut bapak parpol pada era Soeharto dan pasca Soeharto lebih baik mana?terima kasih

    BalasHapus
  55. ketika Soeharto berkuasa, parpol sangat dikekang, sehingga, ketika Soeharto lengser, masyarakat langusng lepas kendali. mereka tanpa bekal yg cukup langsung membuat parpol, sehingga parpol yang dihasilakn pun tidak berkualitas. jika dibandingkan dengan jaman sekarang, walau tidak ada larangan berdemokrasi, parpol yang dihasilkan tetap tidak berkualitas (jumlahnya berlebihan, kadernya asal comot)..pemerintah bahkan tidak bisa membuat standar yang cukup tinggi dan dipatuhi semua pihak, mungkin karena pemerintah sendiri takut dibilang tidak mendukung pelaksanaan demokrasi.
    michelle (2009330163)

    BalasHapus
  56. Adrianus Novaryanto
    2009330088

    Syalom,
    munculnya serta maraknya partai pada pasca-soeharto disebabkan oleh karena pada era pemerintahan soeharto rakyat dihambat untuk berekspresi dan disumpal mulutnya. sehingga sangat sulit sekali untuk memunculkan kebebasan di kalangan publik pada era itu.
    sehingga pada saat ada kesempatan mereka untuk mulai menunjukkan taji mereka (yaitu pada waktu Soeharto lengser) segeralah banyak partai yang bermunculan sebagai akibat terbelenggunya kebebasa berdemokrasi selama ini. tapi sayangnya hal ini tidak diimbangi oleh kualitas partai politik yang baik, sehingga mengakibatkan terjadinya ketidakefektifan partai politik di indonesia. banyak parpol yang memiliki ideologi yang serupa dan malah ada yang belum jelas parpolnya bagaimana. sehingga parpol yang banyak muncul terksesan hanya aji mumpung saja. mumpungada kesempatan. terima kasih.

    BalasHapus
  57. Salam sejahtera Mas Kris
    Saya Dimas M (2009330078)
    Wajar bila kesemena-menaan dan kelaliman selama 32 tahun melahirkan aspirasi akan kebebasan dan demokrasi yang meluap-luap. Namun disayangkan bila kebebasan ini diartikan "semau gue" bebas bertindak semaunya tanpa memikirkan konsekuensi tindakan kita, yang menurut saya menggambarkan mewabahnya pembentukan parpol baru menjelang pemilu. Benar bahwa dalam ranah demokrasi setiap pihak bebas mengartikulasikan aspirasinya termasuk melalui pembentukan parpol, namun apakah terjemahan dari idealisme tadi adalah munculnya puluhan parpol tanpa platform yang jelas? Kini proses kelahiran parpol lebih berakar pada akumulasi "sakit hati" para elit politik yang gagal terpilih enjadi ektua umum partai asalnya(seperti kasus Hanura,Gerindra,Nasional Demokrat)ketimbang semangat mengabdi kepada suara rakyat yangterpinggirkan. Akibatnya jelas, lahirlah banyak parpol yang memiliki platform dan visi yang tidak jauh berbeda satu dengan lainnya. Sehingga hubungan rakyat dan parpol tidak dilandasi keterikatan ideologis terhadap platform yang memang abstrak dan kabur.
    Yang juga memuakkan rakyat adalah bagaimana hasrat terhadap kekuasaan begitu kentara terlihat dari perilaku elit parpol terutama yang duduk di Senayan. Yang paling mengemuka adalah kasus Bank century bagaimana parpol begitu pragmatis dan picik untuk mencari celah dan tiba-tiba menjelma menjadi pahlawan rakyat yang kesiangan dengan melanggar koridor oposisi koalisi. Tentu sekalipun koalisi telah disepakati, tidak selamanya partener koalisi manut dan patuh, parpol koalisi tentu dapat mengambil arah secara independen. Tapi jika belum apa-apa telah ada perseteruan yang menghebat antara parpol koalisi seputar transaksi politik yang direfleksikan dalam adu mulut di pansus, maka apa artinya berkoalisi? Dampaknya bagi proses pembangunan juga tidak kecil. Jika masa depan koalisi pemerintah terus diwarnai perpecahan internal, sebagai implikasinya setiap rencana pemerintah pasti dijegal terus oleh parlemen. Ini adalah malapetaka energi pemerintah tersedot untuk kasus yang satu ini, kebijakan pemerintah mandek, investor ngeri melihat konflik tidak berkesudahan elit parpol, rakyat yang kembali dijadikan tumbal. Untuk kebaikan atau keburukan mari kita berdoa agar para politisi parpol bangun dari tidur panjangnya untuk kemudian sadar bahwa kepercayaan rakyat adalah yang membawa merka menuju kemewahan tingkat satu, kepercayaan yang mungkin kini mereka sia-siakan.

    BalasHapus
  58. Gilang Kharisma (2009330194) Kelas I

    menurut saya, yang terlihat dari partai politik pasca soeharto hanya kuantitas nya saja bukan kualitasnya. Peningkatan kuantitas parpol yang sangat signifikan belum beriringan dengan meningkatnya kualitas parpol.

    Parpol baru dibentuk untuk mengakomodir suatu kelompok atau pribadi yang baru. Kita seringkali melihat bahwa figur di partai baru adalah orang-orang lama yang "karir"-nya di partai lama kurang berhasil. Contohnya adalah Wiranto yang keluar dari Golkar dan membentuk partai Hanura, dll. Walaupun setiap partai memiliki cita yang luhur, namun alangkah lebih baiknya bila partai-partai yang memiliki ideologi yang sama melakukan koalisi.

    BalasHapus
  59. malam mas, saya aninditya dian hutami
    2009330052 kelas I

    menurut saya sistem multipartai yang ada sekarang ini malah tidak efektif. di satu sisi memang merupakan cerminan demokrasi dimana terdapat kebebasan beraspirasi. namun sebenarnya ini menjadi tidak terkontrol.
    ini malah membuat masyarakat bingung dalam menentukan partai mana yang harus didukung. pada akhirnya ini akan semakin tidak efektif karena dapat menaikkan tingkat golput karena ketidaktahuan masyarakat.
    sementara itu, jumlah partai yang banyak sebenarnya hanya membuat dukungan pada partai semakin terpecah. partai- partai yang menduduki kursi pemerintahan tidak mendapat dukungan yang cukup kuat dari jumlah keseluruhan masyarakat sehingga makin menimbulkan perpecahan saat ada konflik yang mengguncang pemerintahan.

    BalasHapus
  60. Virliane fitria melania 2009320117

    Menurut saya, dengan perkembangan parpol pasca Soeharto ini yang jumlahnya semakin banyak, membuat masyarakat semakin bingung untuk memilihnya, ini dibuktikan dengan berkurangnya kadar kepercayaan masyarakat yang dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya untuk lebih memilih golput. Masyarakat merasa bosan akan janji-janji yang mereka katakan tidak kunjung terwujud pada kenyataannya, yang hanya berkuasa mementingkan kepentingannya sendiri dan lupa akan tugas mereka yang seharusnya mewujudkan aspirasi rakyat untuk kesejahteraan dan kemajuan yang sangat diharapkan akan negara ini . Sesungguhnya yang harus segera diperbuat oleh elit politik dengan parpolnya agar negara ini semakin baik pengelolaan sistem politiknya adalah memperbaiki pengelolaan hubungan parpol dengan pemilihnya yaitu harus mengembangkan pemahaman ideologi dan nilai-nilai dasar partainya sehingga dapat membangun hubungan baik yang stabil dan berjangka panjang dan memperbaiki segala problematika parpol yang sudah terjadi hingga saat ini.

    BalasHapus
  61. selamat sore mas, saya alby rachman padmakusumah (2009330035) ingin berdiskusi sekali lagi, dan lagi:

    tidak bosan-bosan nya kita membahas parpol, seperti anomali air yang terus berubah dan tidak stagnan, terus mencari jalan untuk mencapai tujuan puncak.mungkin dalam hal ini adalah harta,kekuatan,dan kekuasaan.

    bila memang banyak parpol dengan ideologi sama, mengapa mereka tidak bersatu untuk menghasilkan kekutan yang besar?tentu saja kekuatan tersebut berasal dari jumlah massa yang besar.maksud sy seperti ini,bayangkan bila jumlah massa Demokrat,Hanura,Gerindra disatukan.Bukankah massa mereka akan berjumlah 3 kali lipat?poin sy adalah seperti ini.kini, parpol itu tidak lagi bekerja untuk kepentingan rakyat.kepentingan rakyat hanya diutamakan saat kampanye yang mereka lakukan untuk menarik massa,tetapi setelah itu tidak ada perealisasian dari janji-janji tersebut,karena itulah belum ada perealisasian program pasca 100 hari yang efektif dan efisien,masih terhitung gagal sampai saat ini.pertanyaan sy sederhana,apa yang sebenarnya mereka kejar di balik pengorbanan waktu,tenaga, dan jumlah harta yang tidak sedikit untuk membiayai parpol selama kampanye?bila mereka berani mengeluarkan harta yang sebegitu besar,berarti yang mereka dapatkan saat duduk di puncak kekuasaan bisa lebih besar?dengan kata lain,apakah sudah tertanam dalam pola pikir mereka untuk mengejar KORUPSI,bukan demi kesejahteraan rakyat?

    kalau memang benar seperti itu,sy benar2 kecewa.tolong maklumi ideologi sy yang masih muda.terima kasih mas.

    BalasHapus
  62. Andre Kurniawan
    2009330169

    selamat malam mas, pada masa orde baru atau lebih tepatnya pada saat pemerintahan rezim soeharto parpol sangatlah dikekang bahkan jumlah mereka pun dikurangi habis-habisan. dari parpol yang begitu banyak pada masa orde lama (soekarno) dikurangi sampai menjadi tinggal beberapa partai saja seperti yang kita kenal saat ini. PDI, PPP, dan Golkar. ini menandakan terjadi penyelewengan yang dilakukan pada masa rezim soeharto mengenai sistem multi partai. soeharto melakukan berbagai cara agar ia (golkar) selalu menang dalam kursi pemerintahan, dan soeharto kembali menjabat sebagai presiden. hal tersebut dilakukan terus selama soeharto berkuasa selama 32 tahun di indonesia, sehingga tidak heran indonesia pasca soeharto berlomba-lomba membuat parpol sebagai bentuk kebebasan yang didapat oleh rakyat. pasca soeharto banyak parpol berdiri, bahkan agama di luar islam pun ikut membuat partai (PDS). pada jaman soeharto, jangankan partai berbasis agama di luar islam berdiri, partai nasionalis pun tidak dapat berdiri. jadi pasca soeharto sekarang, rakyat mendapatkan sebuah kebebasan kembali.

    BalasHapus
  63. devi natasia h 2009330023

    menurut saya, yang harus dilakukan adalah menggabungkan partai-partai yang memiliki ideologi yang mirip atau bahkan sama. seperti yang kita ketahui, banyak sekali partai politik yang ada di indonesia saat ini. banyak dari partai-partai tersebut terbentuk hanya karena ingin mengekspresikan pendapat mereka. bahkan ada partai yang terbentuk sebagai pecahan dari partai besar. kadang partai kecil tersebut terbentuk karena pemiliknya mengalami perselisihan dengan jajaran tingi di partai besar. hal tersebut menyebabkan partai-partai yang berdiri tidak mempunyai tujuan dan visi misi yang jelas.

    dengan keadaan yang seperti itu, sebaiknya partai-partai tersebut digabungkan saja, sehingga jumlah partai yang ada akan berkurang. bahwa bila perlu, ditetapkan saja jumlah partai politik yang boleh ada di indonesia. karena dengan sedikitnya partai poltik di indonesia, maka suara- rakyat akan lebih terfokus dan menyatu. hal tersebut berakibat pada rendahnya tingak perselisihan masyarakat karena partai. bila hal tersebut dilaksanakan, maka rakyat tidak akan pusing dalam memilih partai.

    dengan begitu, akan lebih baik bila partai politik di indonesia menjadi lebih seikit jumlahnya. selain masalah kepusingan rakyat dalam memilih, partai yang sedikit tersebut dapat lebih mempersatukan masyarakat dibandingkan banyak partai yang berakibat pada perpecahan suara.

    BalasHapus
  64. selamat siang ,pak
    Saya Yulia Nurliana 2009320008

    Parpol yang semakin berkembang memang memiliki banyak dampak. Ada dampak positif dan dampak negatif. Menurut saya dampak positif dari adanya banyak parpol adalah makin berkembangnya demokrasi Indonesia. Masyarakat dapat lebih menyalurkan aspirasi mereka melalui parpol2 yang ada. Masyarakat juga dapat berpeluang besar untuk menjadi pengurus parpol yang ada baik di daerah maupun masuk ke wilayah yang lebih besar. Pemerintah juga bisa lebih maju karena melalui parpol oposisi mereka mendapatkan kritik agar pemerintah memperbaiki kinerjanya.
    Sedangkan dampak negatifnya adalah makin ruwetnya perpolitikan karena makin banyak mosi2 yang muncul akibat oposisi tersebut sehingga masyarakat terkadang dibingungkan serta kondisi perpolitikan yang turun naik mempoengaruhi juga kondisi ekonomi Indonesia

    BalasHapus
  65. slamat sore pak
    saya giana rakenita 2009320173


    parpol memang sudah berkembang sekali dari jaman dahulu. otomatis demokrasi kitapun semakin berkembang. akan tetapi dengan parpol yang terlau banyak sehingga bukan terlihat untuk memajukan demokrasi kita malahan seperti layaknya ingin membesarkan nama.
    akan tetapi dari sudut pandangnya, parpol bisa memajukan demokrasi di indinesia.akan tetapi parpol bisa juga mengakibatkan perselisihan antar pendukung partai, bahkan bisa juga antar partai.
    banyak positif negatifnya dalam tingginya minat parpol dan itu ada positif negatifnya.

    Terima Kasih

    BalasHapus
  66. menurut saya sampai saat ini masyarakat yg turut ambil bagian dalam pemilu semakin cenderung untuk memilih "sosok figur" dibandingkan dengan program dan visi misi partai itu sendiri, banyaka contohnya seperti presiden SBY yang terpilih karena sifat kewibawaannya. Namun, dampaknya parpol itu tak lama cenderung akan turun, atau mengalami kehancuran ketika figur / pemimpinnya 'hilang' atau tidak dapat dipilih lagi karena masa jabatannya habis. Pada kenyataanya memang fungsi parpol hanyalah sebuah pesta demokrasi saja, karena perubahan ideologi masy dalam memilih cenderung salah.
    Selain itu, politik kekuasaan kini dipakai untuk kep pribadi saja, contohnya: banyak anggota parpol yang tidak menemui kecocokan dalam partainys sendiri lalu lari ke parpol lain atau membentuk parpol baru dengan visi & misi yang tidak jauh berbeda dengan parpol lain. Jadi, bagi saya parpol pd pasca soeharto masih jauh dari sempurna.

    Maria frances shela - 2009320002

    BalasHapus
  67. BANYUBENING -200930071

    Siang Mas,
    Menurut saya, solusi bagi kcenderungan patron yang dipilih ketika pemilu dibandingkan parpolnya adalah dengan memantapkan fondasi parpol parpol itu sendiri, character building anggota-angota, serta sosialisasi jangka panjang parpol tersebut. Sehingga demikian, para pemilih dalam pemilu menjadi pemilih yang rasional dan dapat berpikir lebih kritis apa yang terbaik dari program parpol itu untuk didedikasikan untuk negara kita
    Terimakasih.

    BalasHapus
  68. Christopher Kevin (2009330042)

    Menurut saya, pandangan negara inilah yang salah tentang demokrasi. Demokrasi memanglah suatu kebebasan untuk mengunkapkan pendapat. sesudah turunnya SOeharto, deokrais menjadi suatu hal yang digembar gemborkan. lalu, mulailah muncul banyak partai. tetapi, yang menurut saya salah. Orang di Indonesia berpikir, dengan adanya banyaknya partai, maka membuktikan bahwa demokrasi berjalan dengan lancar. Pandangan seperti ini pun tentu lah salah.
    Maraknya perpataian di Indoensia pasca Soehart, menunjukkan bahwa Indonesoia belum siap menerima demokrasi secara total. seharunya, ada kualifikasi tertentu dalma pembentukan partai. sehingga, partai yang dibentuk tidak kesannya hanya asal ada.

    BalasHapus
  69. Arlin Gunawan 2009320010/J

    Sistem multipartai pada saat ini hanya memikirkan kepentingan golongannnya saja, dan tidak mampu melaksanakan visi dan misi yang telah dijanjikannya. Seharusnya partai politik meninjau kembali visi dan misi yang mereka cetuskan, sejauh mana mereka mampu mewujudkannya, sehingga tidak menyebabkan masyarakat dibohongi dan menyebabkan ketidakpercayaan/sikap apatis rakyat dalam kehidupan politik. Partai politik saat ini juga belum mampu menjalankan empat fungsi utamanya yaitu sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat, sebagai sarana komunikasi politik, sarana rekruitmen politik, dan sarana peredam konflik.
    Perubahan mentalitas orang-orang dalam organisasi politik sangat penting yaitu sehubungan masalah korupsi, jumlah parpol yang ada harus dibatasi, serta kontrol terhadap kinerja parpol lebih ditingkatkan.

    BalasHapus
  70. ahmad surya fahruri 2009330214

    indonesia sebagai negara demokrasi butuh elit elit politik yang dapat bersahabat dengan masyarakat dalam arti elit politik yang terbuka dan transparan dalam melaksanakan perannya di negara demokrasi ini. tidak hanya menjalankan tugasnya sebatas elit partai politik saja, tapi juga dapat membawa indonesia dalam perubahan yang berarti dengan cara mendengarkan dan menerima serta mengolah aspirasi dari rakyat. dengan keterbukaan mereka saya yakin indonesia dapat lebih maju dalam mewujudkan pemerintahan yang berasas demokrasi itu, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat

    BalasHapus
  71. jennie suhitono (2009320030)
    pasca lengsernya soeharto sbg presiden selama 32 tahun memberikan perubahan dlm bidang politik indonesia.parpol2 kembali bermunculan sehingga indonesia yg tdnya hanya memiliki 3 partai menjadi multipartai,terbukti ketika pemilu presiden selanjutnya.sygnya skrg ini parpol2 di indonesia yg semakin byk hanya mementingkan kepentingan golongannya saja.kinerjanya kurang maksimal,mgkn krn parpol2 ini tumbuh dan berkembang pd masa resesi reformasi.

    thnx...

    BalasHapus
  72. marisa sarnilita (2009330143)

    terlihat jelas adanya pergeseran dan transformasi mengenai partai politik dari era soeharto hingga sekarang.Kebanyakan dari kita telah mengetahui bagaimana ketika era soeharto partai politik terkesan dibungkam,terkesan dikuasai pemerintahan,terkesan tertutup.
    Kemudian era itu pun digantikan,dan muncullah sistem multipartai.Mungkin salah satu alasan digunakannya sistem multipartai sebagai bentuk 'balas dendam' dan 'kebebasan' akibat era soeharto terdahulu.Masalah selanjutnya apakah kebebasan yang diagung-agungkan ini sudah sesuai dengan keinginan rakyat banyak? Nyatanya,dengan makin banyaknya partai yang diikutsertakan dalam pemilu-pemilu ke belakang.Makin banyak konflik yang dihadapi,juga makin meningkatnya golput pada pemilu.Ada yang mengatakan hal ini disebabkan tidak jelasnya ideologi dari partai-partai tersebut.Ada juga yang mengusulkan agar pemilu-pemilu di masa mendatang agar tidak dibentuk sistem multipartai.mengenai hal tersebut kembali lagi ke diri kita masing-masing.apa iya dengan sistem multipartai sudah sesuai dengan keinginan demokrasi yang diidam-idamkan masyarakat?atau kembalinya sistem pemilu era soeharto jawaban dan solusi terbaik bagi negara kita.terima kasih

    BalasHapus
  73. Fenomena partai politik di Indonesia sudah tidak asing lagi bagi kita. Semenjak lengesernya kekuasaan Soeharto, partai-partai politik di Indonesia semakin terbuka. Pemilu 1999 merupakan pemilu pertama pasca Soeharto mundur. Disain undang-undang politiknya sangat terbuka terhadap partisipasi masyarakat, sehingga tidak heran partai politik aliran yang muncul pada pemilu 1955 kembali muncul dengan wajah yang berbeda.

    Perbedaannya, peserta pemilu pada pemilu 1999 hanya terdiri dari partai politik, sedangkan pada pemilu 1955, selain partai politik ada tiga kelompok lain sebagai kontestan pemilu. Ada beberapa persamaan yang dapat kita cermati antara pemilu tahun 1955 dan 1999. Pertama, baik pemilu 1955 maupun pemilu 1999, masyarakat memiliki keyakinan dan harapan yang sama yakni pemilu merupakan pilihan yang tepat untuk menyelesaikan semua persoalan yang dihadapi bangsa. Walaupun harapan tersebut tidak terwujud. Kedua, semua partai politik gagal melakukan konsolidasi diri secara baik, sistem kepartaian belum mantap bahkan sistem rekrutmen calon legislatifnya masih bisa dikatakan kurang.
    Sekarang ini berbagai fenomena politik seperti tidak terpilihnya menjadi ketua partai, maka membuat partai baru contohnya Surya Paloh yg sebelumnya dari Partai Demokrat dan membuat partai yg sebenarnya visinya tidak jauh berbeda yaitu Nasional Demokrat. Dari tahun ke tahun jumlah golput meningkat, ini disebabkan oleh ketidakpercayaan masyarakat akan partai yang akan dipilih karena partainya sendiri hanya mementingkan kepentingannya.
    Jika parpol hanya mengutamakan kepentingan parpolnya sendiri tanpa memikirkan akan kesejahteraan rakyat, bagaimana mau menciptakan sistem pemerintahan yang stabil. Oleh karena itu ada kutipan "jangan ada negara di dalam negara" yang harus para parpol camkan.

    Joshua Ferdika G (2009330222)

    BalasHapus
  74. chakra pratama
    2009330043

    Kalau menurut saya, perilaku pemilih indonesia pasca regim soeharto seakan jadi kacau dan tidak terarah. sebagaimana kita ketahui pada regim soeharto, pns dan kebanyakan peduduk indonesia di wajibkan untuk memilik partai golongan karya, namun sekarang, seiring masa demokrasi pemilih dimanjakan dengan adanya banyak partai.

    Yang menjadi prihatin saya, pemilih indonesia cenderung tidak berpikir panjang trntang partai mana yang akan mereka pilih. Mereka hanya memilih partai yang menguntungkan buat mereka dalam jangka waktu pendek. seperti serangan fajar, pemberian beras dan sembakau sebagai bentuk kampanye. Dengan perilaku begitu, Indonesia tidak akan pernah keluar dari belenggu kemiskinan.

    BalasHapus
  75. kevin tiganna tarigan - 2009330223

    partai di indonesia terlalu bebas untuk berdiri, tidak ada regulasi yang jelas yang memberi syarat agar suatu partai dapat berdiri. banyak partai yang tidak jelas berdiri, tanpa tujuan jelas, tidak punya kekuatan politik, dan yang penting berdiri. partai didirikan hanya sebagai bentuk kebebasan berekspresi. mereka tidak jelas memperjuangkan apa.

    menurut saya, pemilu pertama yang diadakan setelah kejatuhan orde baru adalah pemilu yang setidaknya paling baik. karena partai hanya sedikit dan jelas apa yang mereka perjuangkan. jumlah suara pun tidak terpecah. pemilu tahun 2009 diikuti oleh terlalu banyak partai sehingga suara rakyat terpecah, partai-partai yang memang bagus tidak mendapat suara, dan partai yang hanya mengandalkan citra dapat menang.

    SBY dan Megawati, 2 tokoh yang diusung oleh partai demokrat dan pdi p. tanpa mereka menurut saya pdi p dan demmokrat tidak akan meraih banyak suara. masih banyak orang yang memilih partai karena figur bukan karena ideologi politik yang diusung.

    sistem top-down juga terlalu diterapkan, warga didaerah tidak mengetahui keadaan politik di pusat.

    BalasHapus
  76. Selamat malam Mas, Saya Florentinus Kristi Birowo (2009330027).
    Menurut saya, kemunculan partai politik pasca Soeharto bisa berarti dua hal.Pertama karena memang merindukan suatu bentuk kebebasan politik sehingga muncul berbagai kepentingan yang ingin berbicara dan menampilkan dirinya dalam bentuk parpol yang bisa menjadi perwakilan bagi rakyat kelak. Suatu alasan yang cukup positif.
    Kedua, yang cukup negatif, meskipun Indonesia saat itu tengah kolaps, tetapi kekuasaan atas Indonesia merupakan suatu hal yang menggiurkan. Berkuasa atas Indonesia berarti keuntungan yang maksimal di tangan yang menguasainya. Kekayaan alam adalah salah satu faktor yang menjadikan negara ini sesungguhnya kaya di samping keberagaman budaya.Itulah sebabnya Parpol bermunculan untuk menguasai tampuk kekuasaan.

    BalasHapus
  77. R. Nadia A Karissa
    2009330159

    Menurut saya partai politik di Indonesia pasca Soeharto bukan saja hanya bergantung pada pencitraan tokohnya, tapi partai politik tersebut juga cenderung berkesan menjual nama tokoh bersangkutan sebagai daya tarik pemilih. Sebenarnya konsep awal dari partai politik adalah sebagi media penghubung antara pemerintah dan warga negara, akan tetapi seiring perkembangan zaman, terjadi pergeseran makna dari partai politik itu sendiri. Sekarang partai politik berkesan hanya sebatas wadah yang menaungi politisi-politisi "dadakan" yang menjadi penghias kebesaran tokoh yang menaungi suatu partai dalam sebuah pemilihan umum. Oleh karena itu program, visi, dan misi yang ditawarkan seolah menjadi pelengkap saja dalam berdirinya suatu partai politik, seolah itu bukanlah hal yang penting.

    BalasHapus
  78. selvianita 2009320192
    gerakan partai - partai politik (Parpol) pasca momentum reformasi sebenarnya justru penyebab utama keterpurukan negeri ini. Bahkan marak pula penunggangan elit organisasi mengatasnamakan rakyat menjadi sebuah senjata untuk kemudian menjadi formula pengerukan (eksploitasi) kakayaan negara.

    BalasHapus
  79. Untari Sabdiana (2009330137)

    jumlah partai politik yang beredar pasca soeharto menunjukkan bahwa masyarakat merasa seperti kucing yang baru keluar dari kandangnya. mereka lelah dibatasi terus-menerus oleh soeharto, yang memainkan mereka bagai boneka tali. kita tidak diperbolehkan mengetahui yang terjadi diluar, hanya menerima yang ditentukan oleh pemerintah.
    namun yang terjadi kemudian adalah, partai-partai tersebut tidak sepenuhnya bersih dari pengaruh soeharto. beberapa dari mereka sudah menajdi kaki tangan yang dipersiapkan jika soeharto lengser, maka merekalah yang meneruskan 'perjuangan' soeharto.
    menurut saya, yang diperlukan oleh partai politik sekarang adalah kejujuran dan pembuktian akan janji-janji yang mereka katakan saat kampanye.masyarakat sudah muak dengan perjanjian2 palsu mereka.
    terima kasih

    BalasHapus
  80. Christy Putri
    2006330081

    menurut saya, sistem multipartai yang muncul pasca Soeharto tidak berjalan dengan efektif.
    salah satu dampak dari sistem multipartai ada jumlah suara yang terbagi-bagi. Banyaknya partai membuat pemilih bingung dan cendrung memilih partai-partai besar yang iklannya dimana-mana atau kampanyenya besar-besaran. yang memilih partai-partai kecil mungkin hanya keluarga atau kalangan partai itu sendiri saja, sangat sedikit orang diluar kalangan partai tersebut yang tertarik untuk memilih partai tsb pada saat pemilu. Hal tsb mengakibatkan capaian suara hanya 0 - 2% untuk partai-partai kecil.

    dana kampanye yg dikeluarkan pun bisa mencapai 2 digit milyar. bayangkan apabila parpol2 di Indonesia bisa disederhanakan, otomatis dana yg dikeluarkan tidak akan terlalu banyak, dan dana yg ada bisa disalurkan untuk hal-hal yang lebih berguna bagi kesejahteraan masyarakat

    BalasHapus
  81. Marya Sutimi 2007330105

    Menurut saya, baik keberadaan parpol ataupun kemunculan parpol-parpol baru pasca masa Soeharto di satu sisi menguntungkan karna dengan keberadaan mereka jugalah, Indonesia muncul sebagai salah satu negara demokratis terbesar di dunia.

    Namun, di sisi lain keberadaan parpol tersebut juga menjadi satu hal yang dilematis dimana Indonesia bukanlah negara yang mayoritas penduduknya adalah orang-orang yang sadar akan keadaan politik di negerinya.
    Karena di Indonesia juga bahkan lebih banyak masyarakat yang awam akan politik, dan dengan banyaknya parpol yang muncul di Indonesia, hal ini bisa menjadi bumerang.

    Misalnya saja, dalam pemilu bukan tidak mungkin banyak masyarakat yang "asal menggunakan hak suara" tanpa mengetahui lebih banyak mengenai visi dan misi parpol tersebut, yang belum tentu sesuai dengan apa yang diharapkan dan dibutuhkan oleh Indonesia sendiri.

    Terima kasih.

    BalasHapus
  82. adiarta sukma yuninda (2009330131)

    partai politik selepas era soeharto, adalah sesuatu yang sangat banyak jumlahnya, bahkan orang-orang bisa dipastikan tidak akan hafal dengan nama parpol-parpol ini karena jumlahnya yang sangat banyak, namun tidak cukup dikenal oleh masyarakat.
    salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya parpol yang bermunculan pada era reformasi, adalah karena pada era soeharto jumlah partai dibatasi hanya 3 partai-golkar, PPP, PDI. itupun masih dimonopoli oleh golkar dari tahun ke tahun. sehingga ketika orde baru runtuh, para politikus seperti mendapat durian runtuh dalam mewujudkan ambisinya, yaitu melalui parpol. inilah yang menjadi kekurangan dalam sistem demokrasi sekarang, terlalu banyak aspirasi yang meskipun hanya berselisih pendapat sedikit, akan terbentuk parpol baru yang tidak jelas asal-usulnya, dan ketika kalah dalam pemilu akan menghilang begitu saja.
    bangsa ini masih belajar untuk menjadi bangsa yang semakin baik, sehingga kesalahan-kesalahan seperti ini bisa menjadi pembelajaran kedepannya untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
    terima kasih.

    BalasHapus
  83. inggrid putri omega (2009330144)

    pada dasarnya elit politik yang membangun suatu partai mempunyai kepentingan,tujuan dan ideologi yang sama. Koalisi beberapa partai tidak akan merubah tersebut justru dapat membuat pondasi yang lebih kuat dan pencapaian tersebut dapat lebih singkat. masyarakat tidak akan dapat membedakan siapa yang lebih baik apalagi semua partai menawarkan hal yang sama. Mengurangnya partai juga dapat mengurangi APBN dalam pembelanjaan untuk pemilu.

    BalasHapus
  84. Nicole Andrea (2009330119)

    setelah rejim soeharto banyak sekali parpol bermunculan. selain membingungkan masyarakat, hal tersebut memberi dampak buruk dalam perekonomian. sepengtahuan saya, sebuah parpol yang berdiri pasti diberikan biaya oleh negara. terlebih jika calonnya terpilih dalam sebuah Pemilu, setiap satu suaranya akan berharga sejumlah uang dari negara. Hal ini sangat merugikan jika banyak parpol muncul. Menjadi hal yang wajar jika semua orang ingin mendirikan parpol. tidak perlu sampai ke jenjang presiden dulu, sampai terpilih jadi wakil daerah saja sudah bisa banyak uang. Saya rasa perlu ada penyaringan untuk seseorang bisa mendirikan parpol di Indonesia.

    BalasHapus
  85. Sejauh ini peran parpol sebagai penyalur aspirasi politik dibandingkan dengan era orde baru tidak berbeda secara signifikan. Satu-satunya hal yang berbeda adalah partai tidak dibatasi dan tidak harus mengacu pada ideology tertentu. Parpol pasca orde baru hanya menjadi alat untuk melegitimasi kekuasaan serta kendaraan politik bagi kepentingan kelompok-kelompok tertentu.

    Riska 2006330173

    BalasHapus
  86. satrio rama
    (2009330128)

    menurut saya harus ada pengerucutan partai menjadi dua. seperti di amerika. jadi partai yang mempunyai ideologi yang sama tidak perlu membuat banyak partai dengan itu voters tidak asal-asalan memilih dan kita dapat menuju demokrasi yang lebih terkonsolidasi.

    BalasHapus
  87. HIlaria Ananda (2009330025)

    saya setuju dengan yang dikatakan oleh Satrio Rama. terlalu banyaknya partai malah akan membuat warga negara bingung apalagi bahwa sebenarnya mereka hanya kacang dengan bungkus yang berbeda-beda (kasarnya), isinya sama hanya bungkusnya yang berbeda.akan lebih baik apabila partai dekelompokkan berdasarkan ideologinya,tidak sebebas-bebasnya mendirikan pertai yang isinya hanya itu-itu saja..

    BalasHapus
  88. halo mas...
    I Gusti Agung Bagus (2009330069)

    saya beranggapan bahwa pada masa sekarang ini terlalu banyak partai yang dibuat namun tidak mewakili aspirasi rakyat atau membawa ideologi tertentu hanya semata-mata ikut meramaikan pesta demokrasi di negara ini. saya lebih memilih hanya sedikit partai namun dalam prosesnya efektif dan tidak hanya sekedar meramaikan. seharusnya pemerintah lebih ketat dalam syarat pendirian parpol sehingga tidak banyak dana yang sia-sia dan proses yang mubazir.

    terima kasih mas

    BalasHapus
  89. Monica Rosdiana 2007330112
    Dibatasinya parpol pada masa pemerintahan Soeharto memang menghimpit ruang gerak masyarakat dalam berpolitik. Apalagi dari jumlah parpol yang hanya tiga itu, Golkar selalu keluar sebagai pemenang dalam setiap Pemilu.
    Namun pasca Orde Baru, di mana masyarakat bebas berekspresi dan leluasa membentuk partai, jumlah parpol yang muncul tidak karuan jumlahnya dan malah 'menyampah'. Sangat tidak efektif.
    Parpol-parpol yang muncul lahir bukan untuk kepentingan rakyat, namun digunakan sebagai alat bagi mereka-mereka yang ingin duduk di kursi pemerintahan.
    Jadi kesimpulannnya, mau bagaimana pun caranya, kalau tokoh-tokoh politik dan masyarakat belum sadar dan insaf, perubahan apapun yang dibuat, tidak akan mendatangkan kebaikan bagi bangsa dan negara ini.

    BalasHapus